oleh : Hanik Rosyada
Masyarakat madani berbudaya menjadi impian setiap insan. Untuk mewujudkannya diperlukan langkah nyata, dimana langkah ini perlu koordinasi dari setiap komponen masyarakat. Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa memiliki budaya dan peradaban yang berbeda dengan provinsi lain.
Masyarakat madani ( dalam bahasa
Inggris : civil society) adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan, masyarakat demokratis,
yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kata madani
diadaptasi dari bahasa Arab yang
memiliki arti “beradab”. Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Anwar
Ibrahim, mantan wakil perdana menteri Malaysia menyatakan bahwa masyarakat
madani adalah suatu sistem sosial yang subur berlandaskan prinsip moral yang
menjamin keseimbangan antara kestabilan masyarakat dengan kebebasan individu.
Menurut Nurcholis Madjid pengertian masyarakat madani adalah merujuk
pada masyarakat Islam yang pernah dibangun oleh Nabi Muhammad saw di Madinah
denga ciri : kesederajatan, keterbukaan, toleransi, musyawarah dan menghargai
prestasi.
Kebudayaan pada hakikatnya adalah
segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi manusia. Manusia sebagai makhluk
berbudaya senantiasa menggunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan,
karena yang membahagiakan hidup manusia adalah suatu perbuatan yang baik, benar
dan adil. Masyarakat madani berbudaya diharapkan bisa diwujudkan dalam
komunitas masyarakat Indonesia. Dimulai dari komunitas keluarga, RT, RW,
Padukuhan, Kalurahan, Kecamatan/Kapanewon, Kabupaten hingga tingkat Nasional
dan internasional. Agar lebih fokus tulisan ini bisa menjadi acuan untuk
menggerakkan keluarga sebagai masyarakat terkecil di padukuhan. Padukuhan di
pimpin oleh Bapak dukuh yang berkoordinasi
dengan ketua RW dan RT maka program ini bisa di mulai . Kenapa dengan gerakan
literasi?
Gerakan Literasi saat ini menjadi
gerakan yang terus disosialisasikan pada setiap lapisan masyarakat. Dinas
pendidikan Kabupaten Sleman menggerakan program ini dengan gerakan Jam Belajar
Masyarakat ( JBM ). JBM bisa eksis bila masing-masing keluarga dalam masyarakat
itu ada kesadaran pentingnya literasi.
Literasi berbasis masyarakat. Dimulai dengan sosialisasi JBM ke segenap
tokoh masyarakat di tindaklanjuti dengan nota kesepakatan atau surat pernyataan
dari seluruhwarga untuk melaksanakan progra JBM.
Keluarga sebagai pusat pendidikan
yang pertama bagi seorang anak, sejak anak lahir bahkan sebelum anak lahir
seorang ibu sebaiknya sudah mentradisikan literasi dalam aktifitas hariannya.
Setiap tanggal 23 Juli kita memperingati
Hari Anak Nasional. Peringatan Hari Anak Nasional merupakan ide cemerlang dari
Bapak Soeharto Presiden RI yang ke 2. Beliau memandang bahwa anak adalah asset
besar bagi kemajuan bangsa, sehingga pada tahun 1984 berdasarkan Keputusan
Presiden No. 44 tahun 1984 ditetapkan bahwa tanggal 23 juli sebagai Hari Anak
Nasional ( HAN ). Bisa menjadi HANIK
bila ditambahkan dengan Islam dan Kaffah. Tahun ini peringatan Hari Anak
dilaksanakan secara daring karena pandemi COVID, senang ikut membuka chanel
peringatan HAN bersama Presiden RI Bapak
Ir. Jokowi saat ada anak yang bertanya Presiden itu kerjaannya apa saja ? Beliau menjawab memantau
pembangunan dari Aceh sampai Papua dst. Jawabannya ada yang terlupakan yaitu
bahwa jadi presiden harus suka baca. Semestinya peringatan HAN dimaknai sebagai
kepedulian seluruh bangsa Indonesia terhadap perlindungan anak agar tumbuh dan
berkembang secara optimal dan maksimal dengan cara mendorong setiap keluarga
Indonesia menjadi lembaga pertama dan utama dalam memberikan perlindungan dan
pengayoman kepada setiap anak agar menghasilkan generasi calon penerus bangsa
yang sehat, cerdas, ceria, berakhlak mulia dan cinta tanah air.
Profil tokoh-tokoh unggul mayoritas
produk dari generasi literat, untuk mendapatkannya kita harus berusaha
menciptakan lingkungan yang kondusif dalam keluarga. Gerakan Literasi
Keluarga merupakan langkah untuk
mengembalikan peran anggota keluarga untuk memaksimalkan sumber daya manusia yang
dimiliki guna mengembangkan karakter dan kesuksesan akademik pada setiap anak.
Kegiatan gerakan literasi keluarga berupa komitmen dari setiap anggota keluarga
untuk mencintai ilmu pengetahuan. Mulai dari membiasakan membaca Al quran,
buku, majalah, menulis, memilih tontonan dan bacaan yang baik, berdiskusi serta
berbagai kegiatan lain yang menunjang pengembangan diri setiap individu yang
ada dalam keluarga. Dimasa pandemi ini orangtua punya peran lebih karena anak
harus Belajar Dari Rumah ( BDR ) didampingi ayah bundanya di rumah. Orang tua jadi
tahu dan ikut merasakan bagaimana peran seorang guru karena ikut mengalami saat
mendampingi putra putrinya belajar. Harus sabar dan telaten. Harapannya bukan
hanya saat pandemi saja ayah bunda mendampingi tetapi seterusnya sampai putra
putrinya mampu mandiri belajar. Apalagi sekarang semua serba digital, perlu
pendampingan dan monitoring lebih ketat. Lengah sedikit saja kita menaruh HP
anak-anak sudah membuka game dan tayangan yang tidak layak disaksikan
anak-anak. Harapannya dari keluarga memunculkan anak-anak yang unggul,
mencintai ilmu pengetahuan, mampu berpikir kritis, kreatif, inovatif mampu
bersaing dalam persaingan global pada masa kini dan masa yang akan datang. Kerjasama
yang kompak dalam keluarga akan menghasilkan prestasi yang maksimal, saling
membantu, kerjasama, saling melengkapi. Karena tidak ada manusia yang sempurna.
Budaya keluarga literat dimulai dari
individu yang literat, ayah bunda sebagai sosok teladan dalam keluarga, mari
sempatkan membaca Al quran setiap habis shalat minimal sehabis shalat maghrib
dan subuh, membaca buku dan majalah. Insya Allah anak-anak dalam keluarga kita
akan mengikuti tradisi ayah bundanya. Saat-saat luang kegiatan baca dan tulis
kita usahakan. Saat belajar bersama kita offkan dulu TV kita atau kita
programkan keluarga tanpa tayang TV. Sisihkan anggaran setiap bulan untuk beli
buku baru, taruh ditempat strategis agar anak-anak juga tertarik membaca. Bagus
juga bila kita mendesain satu ruangan dalam rumah kita untuk taman
pustaka/perpustakaan keluarga. Di desain yang menarik, estestis, dan cantik,
sehingga anak-anak kita nyaman dan betah membaca dan menulis serta berkreasi
diruang itu. Lengkapi sarana prasarananya, rak buku, meja dan kursi untuk
membaca atau lesehan, kipas angin agar tidak panas, fasilitas wifi dalam rumah
dan poster-poster gerakan suka baca di ruang literasi kita. Insya Allah dengan
usaha ini akan mengantarkan anak-anak yang unggul. Bila dalam satu padukuhan
ada 6-10 rumah yang mentradisikan gerakan ini maka masyarakat
madani akan terwujud. Aku suka KACA CITA (Suka Baca Kunci Meraih Cita-cita ).
Semoga Allah meridhoi. Aamiin YRA.
Setuju buHanik...kita budaykn literasi keluarga utk menangkal hoax juga
BalasHapusMulai dari diri saat ini nulis dan baca dikit dikit kontinu. Semangat bu Ida.
Hapus